Sabtu, 31 Desember 2016

Rangkuman: Keanekaragaman Sastra Nusantara: Sastra Melayu Lama


Berbicara tentang sastra, pasti banyak yang bertanya mengenai asal-usul sastra, khususnya di Indonesia. Jika membahas tentang sastra di Indonesia, tak akan lepas dari periodisasi sastra, termasuk Sastra Melayu Lama.
1.      Asal-usul Sastra Melayu Lama terbagi atas tiga versi, yakni:
·         Versi 1
Sastra Melayu Lama adalah sastra yang berbentuk lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu ujaran atau ucapan. Sastra Melayu Lama masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya agama Islam pada abad ke-13.
Catatan tertulis pertama dalam bahasa Melayu Kuno berasal dari abad ke-7 Masehi, dan tercantum pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah. Tulisan ini menggunakan aksara Pallawa. Selanjutnya, bukti-bukti tertulis bermunculan di berbagai tempat, meskipun dokumen terbanyak kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.

·         Versi 2
Sastra Melayu Lama merupakan sastra Indonesia sebelum angkatan 20-an.
·         Versi 3
Sastra Melayu Lama adalah termasuk bagian dari karya sastra Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang di lingkungan masyarakat Sumatera seperti Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya, orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.
Pada dasarnya, Sastra Melayu Lama bersifat verbalisme, yakni ujaran dari mulut ke mulut. Hal ini berdampak pada pemaknaan penerima ujaran tersebut.Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.
2.      Ciri-ciri karya Sastra Melayu Lama adalah sebagai berikut:
a.       Berkembang secara statis dan mempunyai rumus baku.
1.      Bentuk prosanya sering menggunakan kata-kata klise, seperti sahibul hikayat, menurut empunya cerita, konon, dan sejenisnya.
2.      Bentuk puisinya terikat oleh aturan-aturan, seperti banyaknya larik pada setiap bait, banyak suku kata pada setiap larik, dan pola rima akhir. Aturan-aturan itu dapat dilihat dalam pantun atau syair.
b. Biasanya tidak sesuai dengan logika umum.
c. Kisahnya berupa kehidupan istana, raja-raja, dewa-dewa, para pahlawan, atau tokoh-tokoh mulia lainnya.
d. Disampaikan secara lisan atau dari mulut ke mulut. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila karya sastra melayu klasik memiliki banyak versi, sesuai orang yang menceritakannya.
e. Nama penciptanya tidak diketahui (anonim). Hal tersebut disebabkan oleh sifat karya sastra klasik yang menganggap karya sastra merupakan milik bersama masyarakat.
3.      Sastra Melayu Lama dibagi dalam tiga zaman, yaitu:
a.       Sastra Melayu Asli
Sastra melayu asli adalah suatu golongan cerita yang hidup dan berkembang secara turun temurun (Cerita Rakyat). Cerita ini dapat dianggap sebagai karya sastra taraf permulaan. Contohnya adalah Mantra, Peribahasa, Pantun, Teka-teki, Cerita Binatang, Cerita Asal-usul, Cerita Jenaka, dan Cerita Pelipur Lara. Sastra melayu asli terdapat cerita “Kancil sebagai cerita binatang” dan “Pak Pandir sebagai cerita jenaka” yang sangat beragam versinya.
b.      Sastra Hindu
Pengaruh Hindu di nusantara sudah sejak lama. Menurut ahli sejarah sastra, yang menyebarkan agama Hindu di Melayu adalah para Brahmana. Mereka diundang oleh raja untuk meresmikan yang menjadi ksatria.
·         Ramayana: cerita Ramayana sudah dikenal lama di Nusantara. Pada zaman pemerintahan Raja Daksa (910-919) cerita rama diperlihatkan di relief-relief Candi Loro Jonggrang. Pada tahun 925 seorang penyair telah menyalin cerita Rama ke dalam bentuk puisi Jawa yaitu Kakawin Ramayana. Lima ratus tahun kemudian cerita Rama dipahat lagi sebagai relief Candi Penataran. Dalam bahasa melayu cerita Rama dikenal dengan nama Hikayat Sri Rama yang terdiri atas 2 versi : 1) Roorda van Eysinga (1843) dan W.G. Shelabear.
·         Mahabarata: Bukan hanya sekedar epos tetapi juga sudah menjadi kitab suci agama Hindu. sastra melayu Mahabarata dikenal dengan nama Hikayat Pandawa sastra jawa pengaruh Mahabarata paling tampak dari cerita wayang.
c.       Sastra Islam
Kemunculan agama Islam untuk yang pertama kalinya di nusantara sangat mempengaruhi kesusastraan Melayu Klasik, terlihat dari adanya ungkapan atau pribahasa bijak yang kerap kali muncul di khalayak masyarakat. Misal: Annadhofatu minal imaan artinya Kebersihan sebagian dari iman, kecantikan hati lebih baik dari pada cantik rupa, Kejantanan seseorang tak dapat diukur dengan seberapa banyak botol minuman yang ia habiskan, tak dapat diukur pula dengan seberapa banyak rokok yang ia habiskan, dan juga tak dapat diukur dengan seberapa banyak dia melakukan hubungan badan, kejantanan seseorang dapat diukur dengan seberapa kuatnya dia menghadapi masalah yang perlu penyelesaian dengan imannya.
Pengakulturasian antara budaya arab dengan budaya pribumi juga menghasilkan ragam naskah, karya Ar-Raniri, Hamzah Fansuri, dll. Naskah-naskah tersebut biasanya berisikan ajaran tentang fiqih, tauhid, dan tasauf, sering kali dalam bentuk Tanya jawab, puisi, dan prosa.
Dalam perkembangannya, sastra melayu klasik yang terpengaruhi budaya arab dikenal dengan istilah “Pegon”.Pegon merupakan perpaduan bahasa arab dengan bahasa jawa yang memiliki cirri khas yang telah menyimpang dari bahasa baku, yaitu terdapat larik-larik terjemahan atau interpretasi tentang bahasa arabnya. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan dalam memahami ajaran-ajaran Al quran dan hadits. Sebut saja Abdul Rauf, dialah orang pertama yang menterjemahkan al quran bahasa melayu pada abad ke-17, kemudian berikutnya disusul dengan Abdal Samad yang mampu menterjemahkan karya Al-Ghazali, Ihya ulum al-din.
Naskah-naskah yang tertua ialah yang ditulis dalam tulisan budha atau gunung yang berisi informasi tentang bentuk agam Islam yang dianut masyarakat pada awal agama Islam di Indonesia. Dalam sastra klasik, pengaruh ini terutama tampak dalam sastra keagamaan dan cerita kepahlawanan. Di samping itu, pengaruh struktur kalimat juga menyebabkan terciptanya kata-kata baru sebagai padanan suatu kata dalam kalimat yang diterjemahkan dari bahasa Arab.
4.      Bentuk-bentuk Karya Sastra Melayu Lama
·         Gurindam
Gurindam ini dibawa oleh orang Hindu atau pengaruh sastra Hindu. Gurindam berasal dari Bahasa Tamil (India) yaitu kirindam yang berarti mula-mula asal perumpamaan.
Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi. Gurindam berisi nasihat, petuah, ajaran moral kebaikan dan budi pekerti.
Ciri-ciri Gurindam adalah sebagai berikut:
a.       Setiap bait terdiri atas dua baris atau larik
b.      Biasanya menggunakan pola rima sama atau lurus (a – a)
c.       Umumnya setiap baris terdiri atas 4-6 kata (8-12 suku kata)
d.      Baris pertama dan kedua biasanya membangun hubungan sebab akibat
e.       Umumnya mengandung petuah, nasihat, atau amsal (ucapan yang mengandung kebenaran).
Contoh: Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji (Pasal I)
Barang siapa tiada memegang agama,
Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
Maka ia itulah orang yang ma’rifat.
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tengah-Nya tiada ia mengalah
Takutlah ia barang yang terpedaya
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudarat
·         Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama. Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara atau untuk membangkitkan semangat juang.
Ciri-ciri Hikayat:
a.       Isi ceritanya berkisar pada tokoh raja dan keluarganya
b.      Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri yang menyebutkannya fantastis
c.       Mempergunakan banyak kata arkais (klise). Misalnya Hatta, Syahdan, Sohibul, dan lain-lain
d.      Nama pengarang biasanya tidak disebutkan (anonim)
Tema dominan dalam hikayat adalah petualangan. Biasanya diakhir kisah, tokoh utamanya berhasil menjadi raja atau orang yang mulia. Oleh karena itu alurnya pun cenderung monoton. Penokohan dalam hikayat bersifat hitam putih artinya tokoh yang baik biasanya selalu baik dari awal hingga akhir kisah ia pun dilengkapi dengan wajah dan tubuh yang sempurna begitu pula sebaliknya tokoh jahat walaupun tidak semuanya berwajah buruk
·         Karmina
Karmina atau dikenal dengan nama pantun kilat adalah pantun yang terdiri dari dua baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua adalah isi. Memiliki pola sajak lurus (a-a). Biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara langsung.
Ciri-ciri Karmina :
a.       Terdiri dari dua baris
b.      Bersajak a-a
c.       Terdiri dari 8-12 suku kata
d.      Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua merupakan isi
Contoh pantun karmina :         
Sudah gaharu cendana pula.
Sudah tahu masih bertanya pula.
·         Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa . Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Contoh Pantun:
Kayu cendana diatas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
·         Seloka
Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepetah maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair, kadang-kadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis lebih dari empat baris. Kata "seloka" diambil dari bahasa Sanskerta, sloka.
Contoh seloka 4 baris:
Sudah bertemu kasih sayang
Duduk terkurung malam siang
Hingga setapak tiada renggang
Tulang sendi habis berguncang
·         Syair
Syair berasal dari Persia (sekarang Iran) dan telah dibawa masuk ke Nusantara bersama-sama dengan kedatangan Islam. Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang berarti perasaan. Kata syu’ur berkembang menjadi kata syi’ru yang berarti puisi dalam pengertian umum. Syair dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Akan tetapi, dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga syair di desain sesuai dengan keadaan dan situasi yang terjadi.
Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud).
Contoh Syair: Syair Perahu karya Raja Ali Haji
Inilah gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i’tikat diperbetuli sudah.

Wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal diammu.

Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.

Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu.
Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir.

Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.

Muaranya dalam, ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak.

Ketahui olehmu hai anak dagang
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.

Muaranya itu terlalu sempit,
di manakan lalu sampan dan rakit
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba’id.
·         Talibun
Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dan seterusnya.
Ciri-ciri Talibun adalah seperti berikut:
a.       Ia merupakan sejenis puisi bebas
b.      Terdapat beberapa baris dalam rangkap untuk menjelaskan pemerian
c.       Isinya berdasarkan sesuatu perkara diceritakan secara terperinci
d.      Tiada pembayang. Setiap rangkap dapat menjelaskan satu keseluruhan cerita
e.       Menggunakan puisi lain (pantun/syair) dalam pembentukannya
f.       Gaya bahasa yang luas dan lumrah (memberi penekanan kepada bahasa yang berirama seperti pengulangan dll)
g.      Berfungsi untuk menjelaskan sesuatu perkara
h.      Merupakan bahan penting dalam pengkaryaan cerita penglipur lara
Tema talibun biasanya berdasarkan fungsi puisi tersebut. Contohnya seperti berikut:
a.       Mengisahkan kebesaran/kehebatan sesuatu tempat dll
b.      Mengisahkan keajaiban sesuatu benda/peristiwa
c.       Mengisahkan kehebatan/kecantikan seseorang
d.      Mengisahkan kecantikan seseorang
e.       Mengisahkan kelakuan dan sikap manusia
f.       Mengisahkan perlakuan dimasa lalu
Contoh Talibun:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanakpun cari
Induk semang cari dahulu
5.      Karya Sastra Melayu Lama lainnya:
a.       Robinson Crusoe (terjemahan)
b.      Lawan-lawan Merah
c.       Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
d.      Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
e.       Kapten Flamberger (terjemahan)
f.       Rocambole (terjemahan)
g.      Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)
h.      Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
i.        Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
j.        Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
k.      Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
l.        Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)
m.    Cerita Nyi Paina
n.      Cerita Nyai Sarikem
o.      Cerita Nyonya Kong Hong Nio
p.      Nona Leonie
q.      Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
r.        Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
s.       Cerita Rossina
t.        Nyai Isah oleh F. Wiggers           
u.      Drama Raden Bei Surioretno
v.      Syair Java Bank Dirampok
w.    Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
x.      Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen
y.      Tambahsia
z.       Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya.


Referensi:
(Sumber :Cerdas Berbahasa Indonesia, Hal : 186-187, Penerbit : Erlangga.2006. Jakarta, Penulis : Engkos Kosasih)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar