Berbicara
tentang sastra, pasti banyak yang bertanya mengenai asal-usul sastra, khususnya
di Indonesia. Jika membahas tentang sastra di Indonesia, tak akan lepas dari
periodisasi sastra, termasuk Sastra Melayu Lama.
1. Asal-usul
Sastra Melayu Lama terbagi atas tiga versi, yakni:
·
Versi 1
Sastra Melayu Lama
adalah sastra yang berbentuk lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu
ujaran atau ucapan. Sastra Melayu Lama masuk ke Indonesia bersamaan dengan
masuknya agama Islam pada abad ke-13.
Catatan tertulis
pertama dalam bahasa Melayu Kuno berasal dari abad ke-7 Masehi, dan tercantum
pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan
Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah. Tulisan ini
menggunakan aksara Pallawa. Selanjutnya, bukti-bukti tertulis bermunculan di berbagai
tempat, meskipun dokumen terbanyak kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.
·
Versi 2
Sastra Melayu Lama
merupakan sastra Indonesia sebelum angkatan 20-an.
·
Versi 3
Sastra Melayu Lama adalah termasuk
bagian dari karya sastra Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942,
yang berkembang di lingkungan masyarakat Sumatera seperti Langkat, Tapanuli,
Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya, orang Tionghoa dan masyarakat
Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam
bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.
Pada
dasarnya, Sastra Melayu Lama bersifat verbalisme, yakni ujaran dari mulut ke
mulut. Hal ini berdampak pada pemaknaan penerima ujaran tersebut.Karya sastra
pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan
terjemahan novel barat.
2. Ciri-ciri
karya Sastra Melayu Lama adalah sebagai berikut:
a. Berkembang
secara statis dan mempunyai rumus baku.
1. Bentuk
prosanya sering menggunakan kata-kata klise, seperti sahibul hikayat, menurut
empunya cerita, konon, dan
sejenisnya.
2. Bentuk
puisinya terikat oleh aturan-aturan, seperti banyaknya larik pada setiap bait,
banyak suku kata pada setiap larik, dan pola rima akhir. Aturan-aturan itu
dapat dilihat dalam pantun atau syair.
b.
Biasanya tidak sesuai dengan logika umum.
c.
Kisahnya berupa kehidupan istana, raja-raja, dewa-dewa, para pahlawan, atau
tokoh-tokoh mulia lainnya.
d.
Disampaikan secara lisan atau dari mulut ke mulut. Oleh karena itu, tidak
mengherankan apabila karya sastra melayu klasik memiliki banyak versi, sesuai
orang yang menceritakannya.
e.
Nama penciptanya tidak diketahui (anonim). Hal tersebut disebabkan oleh sifat
karya sastra klasik yang menganggap karya sastra merupakan milik bersama
masyarakat.
3. Sastra
Melayu Lama dibagi dalam tiga zaman, yaitu:
a. Sastra
Melayu Asli
Sastra melayu asli
adalah suatu golongan cerita yang hidup dan berkembang secara turun temurun
(Cerita Rakyat). Cerita ini dapat dianggap sebagai karya sastra taraf
permulaan. Contohnya adalah Mantra, Peribahasa, Pantun, Teka-teki, Cerita
Binatang, Cerita Asal-usul, Cerita Jenaka, dan Cerita Pelipur Lara. Sastra
melayu asli terdapat cerita “Kancil sebagai cerita binatang” dan “Pak Pandir
sebagai cerita jenaka” yang sangat beragam versinya.
b. Sastra
Hindu
Pengaruh Hindu di nusantara
sudah sejak lama. Menurut ahli sejarah sastra, yang menyebarkan agama Hindu di
Melayu adalah para Brahmana. Mereka diundang oleh raja untuk meresmikan yang
menjadi ksatria.
·
Ramayana: cerita Ramayana sudah dikenal
lama di Nusantara. Pada zaman pemerintahan Raja Daksa (910-919) cerita rama
diperlihatkan di relief-relief Candi Loro Jonggrang. Pada tahun 925 seorang
penyair telah menyalin cerita Rama ke dalam bentuk puisi Jawa yaitu Kakawin
Ramayana. Lima ratus tahun kemudian cerita Rama dipahat lagi sebagai relief
Candi Penataran. Dalam bahasa melayu cerita Rama dikenal dengan nama Hikayat
Sri Rama yang terdiri atas 2 versi : 1) Roorda van Eysinga (1843) dan W.G.
Shelabear.
·
Mahabarata: Bukan hanya sekedar epos
tetapi juga sudah menjadi kitab suci agama Hindu. sastra melayu Mahabarata
dikenal dengan nama Hikayat Pandawa sastra jawa pengaruh Mahabarata paling
tampak dari cerita wayang.
c. Sastra
Islam
Kemunculan agama Islam
untuk yang pertama kalinya di nusantara sangat mempengaruhi kesusastraan Melayu
Klasik, terlihat dari adanya ungkapan atau pribahasa bijak yang kerap kali
muncul di khalayak masyarakat. Misal: Annadhofatu minal imaan artinya
Kebersihan sebagian dari iman, kecantikan hati lebih baik dari pada cantik
rupa, Kejantanan seseorang tak dapat diukur dengan seberapa banyak botol
minuman yang ia habiskan, tak dapat diukur pula dengan seberapa banyak rokok
yang ia habiskan, dan juga tak dapat diukur dengan seberapa banyak dia
melakukan hubungan badan, kejantanan seseorang dapat diukur dengan seberapa kuatnya
dia menghadapi masalah yang perlu penyelesaian dengan imannya.
Pengakulturasian antara
budaya arab dengan budaya pribumi juga menghasilkan ragam naskah, karya
Ar-Raniri, Hamzah Fansuri, dll. Naskah-naskah tersebut biasanya berisikan
ajaran tentang fiqih, tauhid, dan tasauf, sering kali dalam bentuk Tanya jawab,
puisi, dan prosa.
Dalam perkembangannya,
sastra melayu klasik yang terpengaruhi budaya arab dikenal dengan istilah
“Pegon”.Pegon merupakan perpaduan bahasa arab dengan bahasa jawa yang memiliki
cirri khas yang telah menyimpang dari bahasa baku, yaitu terdapat larik-larik
terjemahan atau interpretasi tentang bahasa arabnya. Hal tersebut bertujuan
untuk memudahkan dalam memahami ajaran-ajaran Al quran dan hadits. Sebut saja
Abdul Rauf, dialah orang pertama yang menterjemahkan al quran bahasa melayu
pada abad ke-17, kemudian berikutnya disusul dengan Abdal Samad yang mampu
menterjemahkan karya Al-Ghazali, Ihya ulum al-din.
Naskah-naskah yang
tertua ialah yang ditulis dalam tulisan budha atau gunung yang berisi informasi
tentang bentuk agam Islam yang dianut masyarakat pada awal agama Islam di
Indonesia. Dalam sastra klasik, pengaruh ini terutama tampak dalam sastra
keagamaan dan cerita kepahlawanan. Di samping itu, pengaruh struktur kalimat
juga menyebabkan terciptanya kata-kata baru sebagai padanan suatu kata dalam
kalimat yang diterjemahkan dari bahasa Arab.
4. Bentuk-bentuk
Karya Sastra Melayu Lama
·
Gurindam
Gurindam ini dibawa
oleh orang Hindu atau pengaruh sastra Hindu. Gurindam berasal dari Bahasa Tamil
(India) yaitu kirindam yang berarti mula-mula asal perumpamaan.
Gurindam adalah satu
bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir
yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan
semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau
akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi. Gurindam berisi
nasihat, petuah, ajaran moral kebaikan dan budi pekerti.
Ciri-ciri Gurindam
adalah sebagai berikut:
a. Setiap
bait terdiri atas dua baris atau larik
b. Biasanya
menggunakan pola rima sama atau lurus (a – a)
c. Umumnya
setiap baris terdiri atas 4-6 kata (8-12 suku kata)
d. Baris
pertama dan kedua biasanya membangun hubungan sebab akibat
e. Umumnya
mengandung petuah, nasihat, atau amsal (ucapan yang mengandung kebenaran).
Contoh: Gurindam Dua
Belas karya Raja Ali Haji (Pasal I)
Barang
siapa tiada memegang agama,
Sekali-kali
tiada boleh dibilangkan nama.
Barang
siapa mengenal yang empat,
Maka
ia itulah orang yang ma’rifat.
Barang
siapa mengenal Allah
Suruh
dan tengah-Nya tiada ia mengalah
Takutlah
ia barang yang terpedaya
Barang
siapa mengenal akhirat
Tahulah
ia dunia mudarat
·
Hikayat
Hikayat adalah salah
satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang
kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun
kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh
utama. Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara atau untuk
membangkitkan semangat juang.
Ciri-ciri Hikayat:
a. Isi
ceritanya berkisar pada tokoh raja dan keluarganya
b. Bersifat
pralogis, yaitu mempunyai logika
tersendiri yang menyebutkannya fantastis
c. Mempergunakan
banyak kata arkais (klise). Misalnya Hatta,
Syahdan, Sohibul, dan lain-lain
d. Nama
pengarang biasanya tidak disebutkan (anonim)
Tema dominan dalam
hikayat adalah petualangan. Biasanya diakhir kisah, tokoh utamanya berhasil
menjadi raja atau orang yang mulia. Oleh karena itu alurnya pun cenderung
monoton. Penokohan dalam hikayat bersifat hitam putih artinya tokoh yang baik
biasanya selalu baik dari awal hingga akhir kisah ia pun dilengkapi dengan
wajah dan tubuh yang sempurna begitu pula sebaliknya tokoh jahat walaupun tidak
semuanya berwajah buruk
·
Karmina
Karmina atau dikenal
dengan nama pantun kilat adalah pantun yang terdiri dari dua baris. Baris
pertama merupakan sampiran dan baris kedua adalah isi. Memiliki pola sajak
lurus (a-a). Biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan
secara langsung.
Ciri-ciri Karmina :
a. Terdiri
dari dua baris
b. Bersajak
a-a
c. Terdiri
dari 8-12 suku kata
d. Baris
pertama merupakan sampiran dan baris kedua merupakan isi
Contoh
pantun karmina :
Sudah
gaharu cendana pula.
Sudah
tahu masih bertanya pula.
·
Pantun
Pantun merupakan salah
satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara.
Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti
"petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan,
dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal
sebagai umpasa . Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris
bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir
dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun
pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang
tertulis.
Semua bentuk pantun
terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama,
kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat
pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang
menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir
merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Contoh Pantun:
Kayu
cendana diatas batu
Sudah
diikat dibawa pulang
Adat
dunia memang begitu
Benda
yang buruk memang terbuang
·
Seloka
Seloka merupakan bentuk
puisi Melayu Klasik, berisikan pepetah maupun perumpamaan yang mengandung senda
gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk
pantun atau syair, kadang-kadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis lebih
dari empat baris. Kata "seloka" diambil dari bahasa Sanskerta, sloka.
Contoh seloka 4 baris:
Sudah
bertemu kasih sayang
Duduk
terkurung malam siang
Hingga
setapak tiada renggang
Tulang
sendi habis berguncang
·
Syair
Syair berasal dari
Persia (sekarang Iran) dan telah dibawa masuk ke Nusantara bersama-sama dengan
kedatangan Islam. Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang berarti
perasaan. Kata syu’ur berkembang menjadi kata syi’ru yang berarti puisi dalam
pengertian umum. Syair dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi
secara umum. Akan tetapi, dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan
dan modifikasi sehingga syair di desain sesuai dengan keadaan dan situasi yang
terjadi.
Syair adalah puisi atau
karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Biasanya terdiri
dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud
penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud).
Contoh Syair: Syair
Perahu karya Raja Ali Haji
Inilah
gerangan suatu madah
mengarangkan
syair terlalu indah,
membetuli
jalan tempat berpindah,
di
sanalah i’tikat diperbetuli sudah.
Wahai
muda kenali dirimu,
ialah
perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah
berapa lama hidupmu,
ke
akhirat jua kekal diammu.
Hai
muda arif-budiman,
hasilkan
kemudi dengan pedoman,
alat
perahumu jua kerjakan,
itulah
jalan membetuli insan.
Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan
bekal air dan kayu,
dayung
pengayuh taruh di situ,
supaya
laju perahumu itu.
Sudahlah
hasil kayu dan ayar,
angkatlah
pula sauh dan layar,
pada
beras bekal jantanlah taksir,
niscaya
sempurna jalan yang kabir.
Perteguh
jua alat perahumu,
muaranya
sempit tempatmu lalu,
banyaklah
di sana ikan dan hiu,
menanti
perahumu lalu dari situ.
Muaranya
dalam, ikanpun banyak,
di
sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya
tajam seperti tombak
ke
atas pasir kamu tersesak.
Ketahui
olehmu hai anak dagang
riaknya
rencam ombaknya karang
ikanpun
banyak datang menyarang
hendak
membawa ke tengah sawang.
Muaranya
itu terlalu sempit,
di
manakan lalu sampan dan rakit
jikalau
ada pedoman dikapit,
sempurnalah
jalan terlalu ba’id.
·
Talibun
Talibun adalah sejenis
puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari
4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc, abcd-abcd,
abcde-abcde, dan seterusnya.
Ciri-ciri Talibun
adalah seperti berikut:
a. Ia
merupakan sejenis puisi bebas
b. Terdapat
beberapa baris dalam rangkap untuk menjelaskan pemerian
c. Isinya
berdasarkan sesuatu perkara diceritakan secara terperinci
d. Tiada
pembayang. Setiap rangkap dapat menjelaskan satu keseluruhan cerita
e. Menggunakan
puisi lain (pantun/syair) dalam pembentukannya
f. Gaya
bahasa yang luas dan lumrah (memberi penekanan kepada bahasa yang berirama
seperti pengulangan dll)
g. Berfungsi
untuk menjelaskan sesuatu perkara
h. Merupakan
bahan penting dalam pengkaryaan cerita penglipur lara
Tema talibun biasanya
berdasarkan fungsi puisi tersebut. Contohnya seperti berikut:
a. Mengisahkan
kebesaran/kehebatan sesuatu tempat dll
b. Mengisahkan
keajaiban sesuatu benda/peristiwa
c. Mengisahkan
kehebatan/kecantikan seseorang
d. Mengisahkan
kecantikan seseorang
e. Mengisahkan
kelakuan dan sikap manusia
f. Mengisahkan
perlakuan dimasa lalu
Contoh Talibun:
Kalau
anak pergi ke pekan
Yu
beli belanak beli
Ikan
panjang beli dahulu
Kalau
anak pergi berjalan
Ibu
cari sanakpun cari
Induk
semang cari dahulu
5. Karya
Sastra Melayu Lama lainnya:
a. Robinson
Crusoe (terjemahan)
b. Lawan-lawan
Merah
c. Mengelilingi
Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
d. Graaf
de Monte Cristo (terjemahan)
e. Kapten
Flamberger (terjemahan)
f. Rocambole
(terjemahan)
g. Nyai
Dasima oleh G. Francis (Indo)
h. Bunga
Rampai oleh A.F van Dewall
i.
Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
j.
Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
k. Kisah
Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
l.
Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer
(Indo)
m. Cerita
Nyi Paina
n. Cerita
Nyai Sarikem
o. Cerita
Nyonya Kong Hong Nio
p. Nona
Leonie
q. Warna
Sari Melayu oleh Kat S.J
r.
Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
s. Cerita
Rossina
t.
Nyai Isah oleh F. Wiggers
u. Drama
Raden Bei Surioretno
v. Syair
Java Bank Dirampok
w. Lo
Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
x. Cerita
Oey See oleh Thio Tjin Boen
y. Tambahsia
z. Busono
oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra
Melayu-Lama lainnya.
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar