Zahra
Salsabila
2125140269
Sastra
Indonesia, FBS UNJ, Jakarta
e-mail:
zahrasalsaa@gmail.com
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisismajas yang terdapat dalam novel Akar karya Dewi Lestari. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif bentuk kualitatif dengan
pendekatan stilistika. Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: 1.) Majas penegasan yang dominan yang terdapat dalam novel Akar ialah klimaks dengan 37 kutipan dan
retoris dengan 28 kutipan 2.) Majas perbandingan yang dominan yang terdapat
dalam novel Akar ialah personifikasi
dengan 19 kutipan dan simile dengan 34 kutipan 3.) Majas pertentangan yang
dominan yang terdapat dalam novel Akar
ialah paradoks dengan 21 kutipan 4.) Majas sindiran yang dominan yang terdapat
dalam novel Akar ialah sarkasme
dengan 21 kutipan.Fungsi dari penggunaan majas dalam novel Akar antara lain
adalah untuk menambah nilai estetik pada karya sastra, menarik minat pembaca,
menguatkan makna dari setiap kalimatnya, dan menegaskan genre dari novel
tersebut.
PENDAHULUAN
Dalam
penciptaan sebuah karya sastra, pasti tak akan pernah terlepas dari penggunaan
gaya bahasa. Sangat mustahil jika karya sastra lahir tanpa adanya keterlibatan
atau keterkaitan dengan penggunaan gaya bahasa. Bahasa dalam karya sastra
adalah bahasa yang khas sehingga berbeda dari bahasa ilmiah. Oleh karena itu,
untuk menganalisis gaya bahasa dalam karya sastra dibutuhkan suatu analisis
yang khusus. Untuk menganalisisgaya bahasa dalam sebuah karya sastra dapat
menggunakan kajian stilistika.
Ratna
(2009: 9) menyatakan bahwa stilistika sebagai bagian dari ilmu sastra, lebih
sempit lagi ilmu gaya bahasa dalam kaitannya dengan keindahan. Kajian
stilistika merupakan bentuk kajian objektif karena ditinjau dari sasaran.
Kajian stilistika merupakan kajian yang berfokus pada wujud penggunaan sistem
tanda dalam karya sastra (Aminuddin, 1995: 52).
Secara
umum, lingkup telaah stilistika mencakupi diksi atau pilihan kata (pilihan
leksikal), struktur kalimat, majas, citraan, pola rima, dan matra yang
digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra (Sudjiman,
1993:13-14). Selain itu, aspek-aspek bahasa yang ditelaah dalam studi
stilistika meliputi intonasi, bunyi, kata, dan kalimat sehingga lahirlah gaya
intonasi, gaya bunyi, gaya kata, dan gaya kalimat. Dari beberapa uraian di
tersebut, dapat disimpulkan bahwa stilistika adalah ilmu tentang gaya bahasa
dalam karya sastra, yang tidak hanya meneliti tentang penggunaan bahasa yang
ada di dalam karya sastra.
Menurut
Gorys Keraf (2006: 113), pengertian gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal
dalam retorika dengan istilah style.
Kata style itu sendiri berasal dari
kata Latin stilus yang berarti
semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Gaya bahasa adalah cara
pengungkapan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa
kepribadian penulis atau pemakai bahasa. Sama halnya dengan Gorys Keraf, dalam
memberikan pengertian terhadap gaya bahasa, Aminuddin (1995: 4) memberi
penjelasan bahwa gaya bahasa atau style
merupakan teknik serta bentuk gaya bahasa seseorang dalam memaparkan gagasan
sesuai dengan ide dan norma yang digunakan sebagai mana ciri pribadi
pemakainya.
Rachmat
Djoko Pradopo (1997: 137) menjelaskan bahwa gaya bahasa adalah cara penggunaan
bahasa yang khusus untuk mendapatkan efek-efek tertentu dalam suatu karya
sastra, sedangkan menurut Sudjiman (1993: 50) gaya bahasa atau majas adalah
peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau
menyimpang dari arti harfiahnya.
Gaya
bahasa pada umumnya disamakan dengan majas. Namun, menurut teori sastra
kontemporer, majas hanya sebagian kecil dari gaya bahasa. Majas merupakan
penunjang, unsur-unsur yang berfungsi untuk melengkapi gaya bahasa. Dengan kata
lain, gaya bahasa jauh lebih luas dibandingkan dengan majas (Ratna, 2013: 164).
Menurut
Gorys Keraf dalam Ratna (2013: 439), secara garis besar majas dibedakan menjadi
empat macam, yaitu: (1.) majas penegasan ialah aferesis, aforisme, alonim,
anagram, antiklimaks, apofrasis/preterisio, aposiopesis, arkhaisme, bombastis,
elipsis, enumerasio/akumulasio, esklamasio, interupsi, inversi/anastrof,
invokasi, klimaks, kolokasi, koreksio/epanortosis, paralelisme, pararima,
pleonasme, praterio, repetisi, retoris/erotesis, sigmatisme, silepsis,
sindeton, sinkope/kontraksi, tautologi, dan zeugma. (2.) majas perbandingan
ialah alegori, alusio, antonomasia, disfemisme, epitet, eponim, eufemisme,
hipalase/enalase, hiperbola, litotes, metafora, metonimia, onomatope,
paronomasia, perifrasis, personifikasi, simbolik, simile, sinekdoke,
sinestesia, dan tropen. (3.) majas pertentangan ialah anakronisme, antitesis,
kontradiksio, oksimoron, okupasi, paradoks, dan prolepsis/antisipasi. (4.)
majas sindiran ialah anifrasis, inuendo, ironi, permainan kata, sarkasme, dan
sinisme.
Semua
penjelasan tentang majas di atas, tentu saja tidak semuanya terdapat dalam
novel Akar karya Dewi Lestari. Maka,
dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup hanya dengan
menganalisis majasyang dominan yang terdapat dalam novel Akar karya Dewi Lestari. Pemilihan novel Akar dilatarbelakangi alasan karena Dewi Lestari adalah salah satu
sastrawan yang memiliki gaya bahasa yang khas dan mengandung banyak majas,
sehingga prosa terasa seperti puisi.
Novel
Akar sendiri yang terbit pada tahun
2002, ialah novel keduanya sekaligus seri kedua dalam seri Supernova. Novel pertamanya, Kesatria,
Putri, dan Bintang Jatuh(KPBJ) adalah novel yang fenomenal dan telah
diangkat ke layar lebar karena ketenarannya. Novel KPBJ tentunya telah banyak
diteliti oleh para peneliti lain menggunakan kajian stilistika atau bahkan
kajian lain. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk menelitimajas
dalam novel Akar, karena selain novel
ini jarang dilirik sebab kesuksesan novel terdahulu, kajian stilistika dalam
novel Akarjuga masih jarang dilakukan
oleh para peneliti sebelumnya, sehingga penelitian ini dapat dikatakan baru.
Maka,
berdasarkan pemaparan di atas, peneliti akan meneliti dengan judul Majasdalam Novel Akar Karya Dewi Lestari:
Suatu Kajian Stilistika.
METODE PENELITIAN
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Alasan penulis
menggunakan metode deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan majas yang terkandung dalam novel Akar. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mendeskripsikan data
yang berupa kutipan-kutipan dari novel Akar
secara objektif.
Bentuk
penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Alasan peneliti memilih bentuk
kualitatif dalam penelitian ini karena manusia cenderung melihat, membaca,
mendeskripsikan, menganalisis, dan sebagainya, sehingga data yang terkumpul
berupa kata-kata atau gambar.
Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan stilistika. Alasan penulis
memilih pendekatan stilistika dalam penelitian ini karena pendekatan stilistika
dipandang sebagai pendekatan yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan majas
yang terkandung dalam sebuah karya sastra.
Sumber
data dalam penelitian ini adalah novel Akar
yang ditulis oleh Dewi Lestari dan disunting oleh Dhewiberta. Novel ini diterbitkan
oleh Penerbit Bentang di Yogyakarta pada tahun 2012 dan berisi 262 halaman.
Data
dalam penelitian ini adalah kata, frasa, dan kalimat yang terdapat dalam novel Akar. Kata, frasa, dan kalimat yang berkaitan
dengan majas tersebut kemudian dikutip sehingga dapat memecahkan masalah yang
berkaitan dengan penelitian.
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik studi
dokumenter. Studi dokumenter ini dilakukan dengan cara menelaah karya sastra
menjadi sumber penelitian. Pengumpulan data ditempuh dengan teknik berikut. 1.)
Membaca secara intensif novel Akar;
2.) Mengidentifikasi data sesuai dengan masalah dalam penelitian; 3.)
Menampilkan data atau kutipan sesuai dengan masalah penelitian; 4.) Mengklasifikasikan
data sesuai dengan masalah penelitian; 5.) Mengecek keabsahan data sehingga
data tersebut valid, sesuai dengan masalah dalam penelitian.
Alat
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penulis sendiri. Penulis sebagai
instrumen utama atau instrumen kunci, dibantu dengan kartu pencatat data.
Selanjutnya, catatan yang berupa data dihimpun secara khusus menurut
klasifikasi permasalahan penelitian.
Data
yang akan dianalisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan stilistika,
maka teknik analisis data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut. 1.)
Menganalisis data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti; 2.)
Menginterpretasikan data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti; 3.)
Setelah data dianalisis dan diinterpretasikan, kemudian konsultasikan dengan
dosen pengampu; 4.) Menyimpulkan hasil analisis data sesuai dengan masalah
penelitian.
HASIL PENELITIAN
Menurut
Gorys Keraf dalam Ratna (2013: 439), secara garis besar majas dibedakan menjadi
empat macam, yaitu: (1.) majas penegasan, (2.) majas perbandingan, (3.) majas
pertentangan, dan (4.) majas sindiran. Dalam penelitian ini difokuskan pada
majas yang dominan yang terdapat dalam novel Akar, yaitu sebagai berikut:
1. Majas
Penegasan
Yang
termasuk dalam majas penegasan ialah aferesis, aforisme, alonim, anagram,
antiklimaks, apofrasis/preterisio, aposiopesis, arkhaisme, bombastis, elipsis,
enumerasio/akumulasio, esklamasio, interupsi, inversi/anastrof, invokasi,
klimaks, kolokasi, koreksio/epanortosis, paralelisme, pararima, pleonasme,
praterio, repetisi, retoris/erotesis, sigmatisme, silepsis, sindeton,
sinkope/kontraksi, tautologi, dan zeugma. Namun, majas penegasan yang dominan
yang terdapat dalam novel Akar adalah
klimaks dan retoris/erotesis.
·
Klimaks adalah urutan pernyataan menuju
puncak. Terdapat 37 majas klimaks dalam novel Akar. Adapun beberapa kutipan-kutipan tersebut adalah sebagai
berikut:
1.) Setelah
tiga puluh lima hari matanya eksklusif memandang hijau tanaman, putih buih
sungai, dan biru langit yang terbentang tanpa pucuk bangunan, baru lagi ia
injakkan kaki ke peradaban dan melihat warna-warna celupan manusia. (halaman 2)
2.) Mendekat,
semakin dekat, begitu dekat, hingga matanya seakan dipulas darah merah.
(halaman 11)
3.) Di
balik tubuh kerempeng dan di dalam kepala gundulisme
ini, aku cuma muntah besar, bau, busuk, melayang-layang bagai arwah terkutuk.
(halaman 21)
4.) Aku
mengajaknya untuk memejamkan mata, mengembungkan diafragma, mengisap dan
mengembuskan udara perlahan. (halaman 33)
5.) Sorotan
matanya setajam lembing menukik, tangannya gemulai seperti kibaran selendang,
tetapi sedahsyat gebukan beton. (halaman 40)
·
Retoris/Erotesis adalah kalimat tanya
tanpa memerlukan jawaban. Terdapat28 majas retoris dalam novel Akar. Adapun beberapa kutipan-kutipan
tersebut adalah sebagai berikut:
1.) “Comó estás, mi hijo? Kamu sehat-sehat?”
(halaman 4)
2.) “Suamiku,
Juancho, meninggal dua belas tahun yang lalu. Kamu tahu itu, kan?” (halaman 13)
3.) “Pergi
siaran, Bod?” (halaman 19)
4.) Oke,
siapa “aku” ini? (halaman 22)
5.) “Kenapa
Bong? Bukan Bing, atau Bang, atau Bung?” (halaman 28)
2. Majas
Perbandingan
Yang
termasuk dalam majas perbandingan ialah alegori, alusio, antonomasia,
disfemisme, epitet, eponim, eufemisme, hipalase/enalase, hiperbola, litotes,
metafora, metonimia, onomatope, paronomasia, perifrasis, personifikasi,
simbolik, simile, sinekdoke, sinestesia, dan tropen. Namun, majas perbandingan
yang dominan yang terdapat dalam novel Akar
adalah personifikasi dan simile.
·
Personifikasi adalah benda mati yang
digambarkan atau dianggap sebagai benda hidup. Terdapat19 majas personifikasi
dalam novel Akar. Adapun beberapa kutipan-kutipan
tersebut adalah sebagai berikut:
1.) Hati
dapat berdenting membentuk harmoni mayor sempurna yang manis di kuping tanpa
perlu buka suara atau memetik gitar. (halaman 1)
2.) Karena
tak ada yang dapat menarik Gio pergi bila sudah duduk diam memandangi kabut
malam menciumi wajah sungai. (halaman 4)
3.) Seperti
Pluto nan beku memandangi bumi nan biru. (halaman 26)
4.) Langit
Jakarta menyelimuti kita dengan racun, kata orang-orang. (halaman 52)
5.) Dan,
kalimatnya menggetarkan nadiku. (halaman 63)
·
Simile adalah perbandingan yang
menggunakan kata-kata pembanding: seperti, laksana, umpama. Terdapat 34majas
simile dalam novel Akar. Adapun
beberapa kutipan-kutipan tersebut adalah sebagai berikut:
1.) Namun,
orang yang dicintainya hadir serupa kabut. (halaman 6)
2.) Laki-laki
itu mendekat, begitu pasti seperti laju kereta api menuju stasiun tempat
memuntahkan isi lambung. (halaman 18)
3.) “Dia
orang hebat. Ditakdirkan untuk memelihara wihara seperti ibu membesarkan anak.
Seperti itu juga dia memelihara saya.” (halaman 38)
4.) Keriput
muka Guru Liong berlarik halus seperti kertas crepe yang meruntai-runtai di
pesta ulang tahunku yang kesebelas,” (halaman 47)
5.) Asap
tembakau membungkus muka tengkoraknya bagai gunung gersang berselendang kabut.
(halaman 56)
3. Majas
Pertentangan
Yang
termasuk dalam majas pertentangan ialah anakronisme, antitesis, kontradiksio,
oksimoron, okupasi, paradoks, dan prolepsis/antisipasi. Namun, majas
pertentangan yang dominan yang terdapat dalam novel Akar adalah majas paradoks.
·
Paradoks adalah kata-kata yang
bertentangan tapi benar. Terdapat 21majas paradoks dalam novel Akar. Adapun beberapa kutipan-kutipan
tersebut adalah sebagai berikut:
1.) Meski
paling benci disebut ketua geng dan menganut prinsip rhizoma dalam membina jaringan, ia tetap dituakan dan dihormati
seluruh scene di negeri ini karena
dialah yang paling cerdas dan berwawasan. (halaman 27)
2.) Sekilas
mereka kelihatan bengis, tetapi lama-lama kupikir mereka lucu. (halaman 29)
3.) “Umur
saya baru delapan belas tahun, tapi rasanya sudah hidup berabad-abad.” (halaman
47)
4.) Kell
tidak pernah membiayai hidup mereka, ia yang justru dibiayai. (halaman 61)
5.) “Kamu
memilih jalur susah untuk perjalanan yang mestinya sangat gampang.” (halaman
72)
4. Majas
Sindiran
Yang
termasuk dalam majas sindiran ialah anifrasis, inuendo, ironi, permainan kata,
sarkasme, dan sinisme. Namun, majas sindiran yang dominan yang terdapat dalam
novel Akar adalah majas sarkasme.
·
Sarkasme adalah kata-kata yang
mengandung sindiran kasar. Terdapat 21majas sarkasme dalam novel Akar. Adapun beberapa kutipan-kutipan
tersebut adalah sebagai berikut:
1.) “Lo
memang bangsat yang beruntung!” (halaman 25)
2.) “Patriotisme
itu taik. Perang itu goblok.”
(halaman 31)
3.) “Manusia
makin nggak kayak manusia, Bod.” (halaman 33)
4.) “Matamu
sebesar mata kerbau, mukamu tak ada China-Chinanya, tapi nama Liong yang kau
pilih.” (halaman 54)
5.) “Aduh,
tololnya anak ini.” (halaman 106)
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.)
Majas penegasan yang dominan yang terdapat dalam novel Akar ialah klimaks dengan 37 kutipan dan retoris dengan 28 kutipan 2.)
Majas perbandingan yang dominan yang terdapat dalam novel Akar ialah personifikasi dengan 19 kutipan dan simile dengan 34
kutipan 3.) Majas pertentangan yang dominan yang terdapat dalam novel Akar ialah paradoks dengan 21 kutipan 4.)
Majas sindiran yang dominan yang terdapat dalam novel Akar ialah sarkasme dengan 21 kutipan. Fungsi dari penggunaan majas
dalam novel Akar antara lain adalah untuk menambah nilai estetik pada karya
sastra, menarik minat pembaca, menguatkan makna dari setiap kalimatnya, dan
menegaskan genre dari novel tersebut.
Berdasarkan
kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti memberikan saran
kepada berbagai pihak. (1.) Bagi mahasiswa Sastra Indonesia sebaiknya dilakukan
penelitian lanjutan mengenai penelitian ini karena dalam penelitian ini belum
meneliti aspek diksi dan citraan yang terdapat dalam novel ini; (2.) Bagi pembaca
dapat mengambil hal-hal yang bermanfaat dan menambah pengetahuan tentang kajian
stilistika, khususnya analisis majas dalam sebuah novel; (3.) Bagi peneliti
yang tertarik untuk meneliti novel ini atau melakukan kajian stilistika, dapat
menjadikan penelitian ini sebagai salah satu referensi.
Aminuddin. 1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang:
IKIP Semarang Press.
Dee.
2012. Akar. Yogyakarta: Bentang.
Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra,
dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar