Sabtu, 31 Desember 2016

Jurnal: MAJAS DALAM NOVEL AKAR KARYA DEWI LESTARI: SUATU KAJIAN STILISTIKA

Zahra Salsabila
2125140269
Sastra Indonesia, FBS UNJ, Jakarta
e-mail: zahrasalsaa@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisismajas yang terdapat dalam novel Akar karya Dewi Lestari. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif bentuk kualitatif dengan pendekatan stilistika. Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.) Majas penegasan yang dominan yang terdapat dalam novel Akar ialah klimaks dengan 37 kutipan dan retoris dengan 28 kutipan 2.) Majas perbandingan yang dominan yang terdapat dalam novel Akar ialah personifikasi dengan 19 kutipan dan simile dengan 34 kutipan 3.) Majas pertentangan yang dominan yang terdapat dalam novel Akar ialah paradoks dengan 21 kutipan 4.) Majas sindiran yang dominan yang terdapat dalam novel Akar ialah sarkasme dengan 21 kutipan.Fungsi dari penggunaan majas dalam novel Akar antara lain adalah untuk menambah nilai estetik pada karya sastra, menarik minat pembaca, menguatkan makna dari setiap kalimatnya, dan menegaskan genre dari novel tersebut.

Kata kunci: stilistika, majas, novel



PENDAHULUAN
Dalam penciptaan sebuah karya sastra, pasti tak akan pernah terlepas dari penggunaan gaya bahasa. Sangat mustahil jika karya sastra lahir tanpa adanya keterlibatan atau keterkaitan dengan penggunaan gaya bahasa. Bahasa dalam karya sastra adalah bahasa yang khas sehingga berbeda dari bahasa ilmiah. Oleh karena itu, untuk menganalisis gaya bahasa dalam karya sastra dibutuhkan suatu analisis yang khusus. Untuk menganalisisgaya bahasa dalam sebuah karya sastra dapat menggunakan kajian stilistika.

Ratna (2009: 9) menyatakan bahwa stilistika sebagai bagian dari ilmu sastra, lebih sempit lagi ilmu gaya bahasa dalam kaitannya dengan keindahan. Kajian stilistika merupakan bentuk kajian objektif karena ditinjau dari sasaran. Kajian stilistika merupakan kajian yang berfokus pada wujud penggunaan sistem tanda dalam karya sastra (Aminuddin, 1995: 52).

Secara umum, lingkup telaah stilistika mencakupi diksi atau pilihan kata (pilihan leksikal), struktur kalimat, majas, citraan, pola rima, dan matra yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra (Sudjiman, 1993:13-14). Selain itu, aspek-aspek bahasa yang ditelaah dalam studi stilistika meliputi intonasi, bunyi, kata, dan kalimat sehingga lahirlah gaya intonasi, gaya bunyi, gaya kata, dan gaya kalimat. Dari beberapa uraian di tersebut, dapat disimpulkan bahwa stilistika adalah ilmu tentang gaya bahasa dalam karya sastra, yang tidak hanya meneliti tentang penggunaan bahasa yang ada di dalam karya sastra.

Menurut Gorys Keraf (2006: 113), pengertian gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style itu sendiri berasal dari kata Latin stilus yang berarti semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Gaya bahasa adalah cara pengungkapan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa kepribadian penulis atau pemakai bahasa. Sama halnya dengan Gorys Keraf, dalam memberikan pengertian terhadap gaya bahasa, Aminuddin (1995: 4) memberi penjelasan bahwa gaya bahasa atau style merupakan teknik serta bentuk gaya bahasa seseorang dalam memaparkan gagasan sesuai dengan ide dan norma yang digunakan sebagai mana ciri pribadi pemakainya.

Rachmat Djoko Pradopo (1997: 137) menjelaskan bahwa gaya bahasa adalah cara penggunaan bahasa yang khusus untuk mendapatkan efek-efek tertentu dalam suatu karya sastra, sedangkan menurut Sudjiman (1993: 50) gaya bahasa atau majas adalah peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau menyimpang dari arti harfiahnya.

Gaya bahasa pada umumnya disamakan dengan majas. Namun, menurut teori sastra kontemporer, majas hanya sebagian kecil dari gaya bahasa. Majas merupakan penunjang, unsur-unsur yang berfungsi untuk melengkapi gaya bahasa. Dengan kata lain, gaya bahasa jauh lebih luas dibandingkan dengan majas (Ratna, 2013: 164).

Menurut Gorys Keraf dalam Ratna (2013: 439), secara garis besar majas dibedakan menjadi empat macam, yaitu: (1.) majas penegasan ialah aferesis, aforisme, alonim, anagram, antiklimaks, apofrasis/preterisio, aposiopesis, arkhaisme, bombastis, elipsis, enumerasio/akumulasio, esklamasio, interupsi, inversi/anastrof, invokasi, klimaks, kolokasi, koreksio/epanortosis, paralelisme, pararima, pleonasme, praterio, repetisi, retoris/erotesis, sigmatisme, silepsis, sindeton, sinkope/kontraksi, tautologi, dan zeugma. (2.) majas perbandingan ialah alegori, alusio, antonomasia, disfemisme, epitet, eponim, eufemisme, hipalase/enalase, hiperbola, litotes, metafora, metonimia, onomatope, paronomasia, perifrasis, personifikasi, simbolik, simile, sinekdoke, sinestesia, dan tropen. (3.) majas pertentangan ialah anakronisme, antitesis, kontradiksio, oksimoron, okupasi, paradoks, dan prolepsis/antisipasi. (4.) majas sindiran ialah anifrasis, inuendo, ironi, permainan kata, sarkasme, dan sinisme.

Semua penjelasan tentang majas di atas, tentu saja tidak semuanya terdapat dalam novel Akar karya Dewi Lestari. Maka, dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup hanya dengan menganalisis majasyang dominan yang terdapat dalam novel Akar karya Dewi Lestari. Pemilihan novel Akar dilatarbelakangi alasan karena Dewi Lestari adalah salah satu sastrawan yang memiliki gaya bahasa yang khas dan mengandung banyak majas, sehingga prosa terasa seperti puisi.

Novel Akar sendiri yang terbit pada tahun 2002, ialah novel keduanya sekaligus seri kedua dalam seri Supernova. Novel pertamanya, Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh(KPBJ) adalah novel yang fenomenal dan telah diangkat ke layar lebar karena ketenarannya. Novel KPBJ tentunya telah banyak diteliti oleh para peneliti lain menggunakan kajian stilistika atau bahkan kajian lain. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk menelitimajas dalam novel Akar, karena selain novel ini jarang dilirik sebab kesuksesan novel terdahulu, kajian stilistika dalam novel Akarjuga masih jarang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, sehingga penelitian ini dapat dikatakan baru.

Maka, berdasarkan pemaparan di atas, peneliti akan meneliti dengan judul Majasdalam Novel Akar Karya Dewi Lestari: Suatu Kajian Stilistika.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Alasan penulis menggunakan metode deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan majas yang terkandung dalam novel Akar. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mendeskripsikan data yang berupa kutipan-kutipan dari novel Akar secara objektif.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Alasan peneliti memilih bentuk kualitatif dalam penelitian ini karena manusia cenderung melihat, membaca, mendeskripsikan, menganalisis, dan sebagainya, sehingga data yang terkumpul berupa kata-kata atau gambar.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan stilistika. Alasan penulis memilih pendekatan stilistika dalam penelitian ini karena pendekatan stilistika dipandang sebagai pendekatan yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan majas yang terkandung dalam sebuah karya sastra.

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Akar yang ditulis oleh Dewi Lestari dan disunting oleh Dhewiberta. Novel ini diterbitkan oleh Penerbit Bentang di Yogyakarta pada tahun 2012 dan berisi 262 halaman.

Data dalam penelitian ini adalah kata, frasa, dan kalimat yang terdapat dalam novel Akar. Kata, frasa, dan kalimat yang berkaitan dengan majas tersebut kemudian dikutip sehingga dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik studi dokumenter. Studi dokumenter ini dilakukan dengan cara menelaah karya sastra menjadi sumber penelitian. Pengumpulan data ditempuh dengan teknik berikut. 1.) Membaca secara intensif novel Akar; 2.) Mengidentifikasi data sesuai dengan masalah dalam penelitian; 3.) Menampilkan data atau kutipan sesuai dengan masalah penelitian; 4.) Mengklasifikasikan data sesuai dengan masalah penelitian; 5.) Mengecek keabsahan data sehingga data tersebut valid, sesuai dengan masalah dalam penelitian.

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penulis sendiri. Penulis sebagai instrumen utama atau instrumen kunci, dibantu dengan kartu pencatat data. Selanjutnya, catatan yang berupa data dihimpun secara khusus menurut klasifikasi permasalahan penelitian.

Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan stilistika, maka teknik analisis data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut. 1.) Menganalisis data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti; 2.) Menginterpretasikan data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti; 3.) Setelah data dianalisis dan diinterpretasikan, kemudian konsultasikan dengan dosen pengampu; 4.) Menyimpulkan hasil analisis data sesuai dengan masalah penelitian.

HASIL PENELITIAN
Menurut Gorys Keraf dalam Ratna (2013: 439), secara garis besar majas dibedakan menjadi empat macam, yaitu: (1.) majas penegasan, (2.) majas perbandingan, (3.) majas pertentangan, dan (4.) majas sindiran. Dalam penelitian ini difokuskan pada majas yang dominan yang terdapat dalam novel Akar, yaitu sebagai berikut:

1.      Majas Penegasan
Yang termasuk dalam majas penegasan ialah aferesis, aforisme, alonim, anagram, antiklimaks, apofrasis/preterisio, aposiopesis, arkhaisme, bombastis, elipsis, enumerasio/akumulasio, esklamasio, interupsi, inversi/anastrof, invokasi, klimaks, kolokasi, koreksio/epanortosis, paralelisme, pararima, pleonasme, praterio, repetisi, retoris/erotesis, sigmatisme, silepsis, sindeton, sinkope/kontraksi, tautologi, dan zeugma. Namun, majas penegasan yang dominan yang terdapat dalam novel Akar adalah klimaks dan retoris/erotesis.
·         Klimaks adalah urutan pernyataan menuju puncak. Terdapat 37 majas klimaks dalam novel Akar. Adapun beberapa kutipan-kutipan tersebut adalah sebagai berikut:
1.)    Setelah tiga puluh lima hari matanya eksklusif memandang hijau tanaman, putih buih sungai, dan biru langit yang terbentang tanpa pucuk bangunan, baru lagi ia injakkan kaki ke peradaban dan melihat warna-warna celupan manusia. (halaman 2)
2.)    Mendekat, semakin dekat, begitu dekat, hingga matanya seakan dipulas darah merah. (halaman 11)
3.)    Di balik tubuh kerempeng dan di dalam kepala gundulisme ini, aku cuma muntah besar, bau, busuk, melayang-layang bagai arwah terkutuk. (halaman 21)
4.)    Aku mengajaknya untuk memejamkan mata, mengembungkan diafragma, mengisap dan mengembuskan udara perlahan. (halaman 33)
5.)    Sorotan matanya setajam lembing menukik, tangannya gemulai seperti kibaran selendang, tetapi sedahsyat gebukan beton. (halaman 40)
·         Retoris/Erotesis adalah kalimat tanya tanpa memerlukan jawaban. Terdapat28 majas retoris dalam novel Akar. Adapun beberapa kutipan-kutipan tersebut adalah sebagai berikut:
1.)    Comó estás, mi hijo? Kamu sehat-sehat?” (halaman 4)
2.)    “Suamiku, Juancho, meninggal dua belas tahun yang lalu. Kamu tahu itu, kan?” (halaman 13)
3.)    “Pergi siaran, Bod?” (halaman 19)
4.)    Oke, siapa “aku” ini? (halaman 22)
5.)    “Kenapa Bong? Bukan Bing, atau Bang, atau Bung?” (halaman 28)

2.      Majas Perbandingan
Yang termasuk dalam majas perbandingan ialah alegori, alusio, antonomasia, disfemisme, epitet, eponim, eufemisme, hipalase/enalase, hiperbola, litotes, metafora, metonimia, onomatope, paronomasia, perifrasis, personifikasi, simbolik, simile, sinekdoke, sinestesia, dan tropen. Namun, majas perbandingan yang dominan yang terdapat dalam novel Akar adalah personifikasi dan simile.
·         Personifikasi adalah benda mati yang digambarkan atau dianggap sebagai benda hidup. Terdapat19 majas personifikasi dalam novel Akar. Adapun beberapa kutipan-kutipan tersebut adalah sebagai berikut:
1.)    Hati dapat berdenting membentuk harmoni mayor sempurna yang manis di kuping tanpa perlu buka suara atau memetik gitar. (halaman 1)
2.)    Karena tak ada yang dapat menarik Gio pergi bila sudah duduk diam memandangi kabut malam menciumi wajah sungai. (halaman 4)
3.)    Seperti Pluto nan beku memandangi bumi nan biru. (halaman 26)
4.)    Langit Jakarta menyelimuti kita dengan racun, kata orang-orang. (halaman 52)
5.)    Dan, kalimatnya menggetarkan nadiku. (halaman 63)
·         Simile adalah perbandingan yang menggunakan kata-kata pembanding: seperti, laksana, umpama. Terdapat 34majas simile dalam novel Akar. Adapun beberapa kutipan-kutipan tersebut adalah sebagai berikut:
1.)    Namun, orang yang dicintainya hadir serupa kabut. (halaman 6)
2.)    Laki-laki itu mendekat, begitu pasti seperti laju kereta api menuju stasiun tempat memuntahkan isi lambung. (halaman 18)
3.)    “Dia orang hebat. Ditakdirkan untuk memelihara wihara seperti ibu membesarkan anak. Seperti itu juga dia memelihara saya.” (halaman 38)
4.)    Keriput muka Guru Liong berlarik halus seperti kertas crepe yang meruntai-runtai di pesta ulang tahunku yang kesebelas,” (halaman 47)
5.)    Asap tembakau membungkus muka tengkoraknya bagai gunung gersang berselendang kabut. (halaman 56)

3.      Majas Pertentangan
Yang termasuk dalam majas pertentangan ialah anakronisme, antitesis, kontradiksio, oksimoron, okupasi, paradoks, dan prolepsis/antisipasi. Namun, majas pertentangan yang dominan yang terdapat dalam novel Akar adalah majas paradoks.
·         Paradoks adalah kata-kata yang bertentangan tapi benar. Terdapat 21majas paradoks dalam novel Akar. Adapun beberapa kutipan-kutipan tersebut adalah sebagai berikut:
1.)    Meski paling benci disebut ketua geng dan menganut prinsip rhizoma dalam membina jaringan, ia tetap dituakan dan dihormati seluruh scene di negeri ini karena dialah yang paling cerdas dan berwawasan. (halaman 27)
2.)    Sekilas mereka kelihatan bengis, tetapi lama-lama kupikir mereka lucu. (halaman 29)
3.)    “Umur saya baru delapan belas tahun, tapi rasanya sudah hidup berabad-abad.” (halaman 47)
4.)    Kell tidak pernah membiayai hidup mereka, ia yang justru dibiayai. (halaman 61)
5.)    “Kamu memilih jalur susah untuk perjalanan yang mestinya sangat gampang.” (halaman 72)

4.      Majas Sindiran
Yang termasuk dalam majas sindiran ialah anifrasis, inuendo, ironi, permainan kata, sarkasme, dan sinisme. Namun, majas sindiran yang dominan yang terdapat dalam novel Akar adalah majas sarkasme.
·         Sarkasme adalah kata-kata yang mengandung sindiran kasar. Terdapat 21majas sarkasme dalam novel Akar. Adapun beberapa kutipan-kutipan tersebut adalah sebagai berikut:
1.)    “Lo memang bangsat yang beruntung!” (halaman 25)
2.)    “Patriotisme itu taik. Perang itu goblok.” (halaman 31)
3.)    “Manusia makin nggak kayak manusia, Bod.” (halaman 33)
4.)    “Matamu sebesar mata kerbau, mukamu tak ada China-Chinanya, tapi nama Liong yang kau pilih.” (halaman 54)
5.)    “Aduh, tololnya anak ini.” (halaman 106)

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.) Majas penegasan yang dominan yang terdapat dalam novel Akar ialah klimaks dengan 37 kutipan dan retoris dengan 28 kutipan 2.) Majas perbandingan yang dominan yang terdapat dalam novel Akar ialah personifikasi dengan 19 kutipan dan simile dengan 34 kutipan 3.) Majas pertentangan yang dominan yang terdapat dalam novel Akar ialah paradoks dengan 21 kutipan 4.) Majas sindiran yang dominan yang terdapat dalam novel Akar ialah sarkasme dengan 21 kutipan. Fungsi dari penggunaan majas dalam novel Akar antara lain adalah untuk menambah nilai estetik pada karya sastra, menarik minat pembaca, menguatkan makna dari setiap kalimatnya, dan menegaskan genre dari novel tersebut.

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti memberikan saran kepada berbagai pihak. (1.) Bagi mahasiswa Sastra Indonesia sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai penelitian ini karena dalam penelitian ini belum meneliti aspek diksi dan citraan yang terdapat dalam novel ini; (2.) Bagi pembaca dapat mengambil hal-hal yang bermanfaat dan menambah pengetahuan tentang kajian stilistika, khususnya analisis majas dalam sebuah novel; (3.) Bagi peneliti yang tertarik untuk meneliti novel ini atau melakukan kajian stilistika, dapat menjadikan penelitian ini sebagai salah satu referensi.

DAFTAR RUJUKAN
Aminuddin. 1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press.
Dee. 2012. Akar. Yogyakarta: Bentang.
Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar