Sabtu, 31 Desember 2016

Makalah: Analisis Puisi '12 Mei 1998' Karya Taufiq Ismail

ANALISIS PUISI ’12 MEI, 1998’ KARYA TAUFIQ ISMAIL
(STRUKTURAL GENETIK)

Zahra Salsabila
2125140269
1 SI 1

Mata Kuliah: KajianPuisi
Dosen Pengampu: Dra. Sri Suhita

Program Studi Sastra Indonesia
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Jakarta
2015

BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang
Berdasarkan pengertiannya, puisi merupakan karya sastra yang dapat dikaji dari berbagai sisinya, baik dari strukturnya ataupun unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi merupakan sruktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Dapat pula dikaji jenis-jenis atau ragamnya dan kesejahteraan puisi itu sendiri melihat bahwa sepaanjang sejarah dari waktu ke waktu selalu ada perubahan dan perkembangan. Hal ini mengingat hakikatnya sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan pembaharuan (inovasi) (Teeuw, 1980).
Menurut Abrams, cara mengkaji karya sastra, termasuk puisi, dapat dilakukan dengan empat pendekatan, yaitu Pendekatan Ekspresif, Pendekatan Mimetik, Pendekatan Objektif, dan Pendekatan Pragmatik. Namun, seiring berjalannya waktu, maka keempat pendekatan itu semakin berkembang dan muncul lah beberapa pendekatan baru, salah satunya adalah Struktural Genetik.
Dalam makalah ini, penulis akan menyajikan pengertian dan beberapa konsep yang mendukung teori Struktural Genetik, serta cara mengkaji puisi 12 Mei, 1998 karya Taufiq Ismail dengan Struktural Genetik.

1.2. Rumusan Masalah
a.       Apa itu Struktural Genetik?
b.      Apa saja konsep yang mendukung teori Struktural Genetik?
c.       Bagaimana cara mengkaji puisi 12 Mei, 1998 karya Taufiq Ismail dengan Struktural Genetik?

1.3. Tujuan dan Manfaat
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini yaitu:
a.       Bagi penulis, makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang teori Struktural Genetik lebih dalam.
b.      Bagi pembaca, makalah ini dapat menambah khasanah pengetahuan tentang teori Struktural Genetik serta dapat dijadikan sebagai bahan diskusi sekaligus penunjang pada mata kuliah yang bersangkutan.
BAB II
Pembahasan

2.1. Landasan Teori
Struktural Genetik beranggapan bahwa teks sastra dapat dianalisis dari struktur internal maupun struktur eksternalnya seperti lingkungan sosial, ekonomi, politik yang telah menghasilkannya. Teori ini muncul sebagai karena ketidakpuasan terhadap teori Struktural yang mengabaikan unsur kesejarahan teks sastra sehingga menjadi teori yang ahistoris. Teori yang dikembangkan oleh seorang Sosiolog Perancis, Lucien Goldman, ini mengukuhkan adanya hubungan antara struktur sastra dan struktur masyarakat melalui pandangan dunia atau ideologi yang diekspresikannya. Goldmann bermaksud menjembatani jurang pemisah antara Pendekatan Struktural (intrinsik) dan Pendekatan Sosiologi (ekstrinsik). Struktural Genetik mencoba untuk memperbaiki kelemahan Pendekatan Struktural, yaitu dengan memasukkan faktor genetik di dalam memahami karya sastra.
Struktural Genetik secara garis besar memperhatikan asal usul teks sastra yang ditopang dengan teori Sosiologi Sastra dengan mengaitkan teks sastra, penulis, pembaca, dan struktur sosial. Genetik berasal dari kata ‘gen’ yang berarti sifat turunan dari orang tua. Dalam karya sastra gen merupakan pengaruh latar belakang pengarang dalam menciptakan karya sastra. Pengarang dalam Struktural Genetik dianggap menciptakan semesta dalam karya sastranya berdasarkan ekspresi pandangannya terhadap dunia sehingga makna tidak hanya muncul secara intrinsik dalam teks sastra, tetapi juga dipengaruhi latar belakang sosial pengarangnya.
Beberapa konsep yang mendukung teori Struktural Genetik, yakni:
1.      Fakta Kemanusiaan
Fakta kemanusiaan merupakan hasil aktivitas atau perilaku manusia baik yang verbal maupun yang fisik, yang berusaha dipahami ilmu pengetahuan. Fakta kemanusiaan dalam Strukturalisme genetik dibagi kedalam dua bagian yaitu, fakta individual dan fakta sosial. Goldmann menganggap bahwa semua fakta kemanusiaan mempunyai struktur tertentu dan arti tertentu. Fakta-fakta manusia ini memiliki arti karena bersentuhan dnegan subjek kolektif ataui individual. Dengan kata lain, fakta-fakta kemanusiaan ini merupakan hasil usaha manusia untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam hubungannya dengan dunia sekitar.
Dalam proses strukturasi dan akomodasi yang terus menerus suatu karya sastra sebagai fakta kemanusiaan, sebagai hasil aktivitas kultural manusia. Proses tersebut sekaligus merupakan genetik dari struktur karya sastra.
2.      Homologi
Homologi diturunkan melalui organisme primitif yang sama dan disamakan dengan korespondensi, kualitas hubungan yang bersifat struktural. Homologi memiliki implikasi dengan hubungan bermakna antara struktur literer dengan struktur sosial. Nilai-nilai yang otentik yang terdapat pada Struktural Genetik menganggap bahwa karya sastra sebagai homologi antara struktur karya sastra dengan struktur lain yang berkaitan dengan sikap suatu kelas tertentu atau struktur mental dan pandangan dunia yang dimiliki oleh pengarang dan penyesuaiannya dengan struktur sosialnya.
3.      Kelas-Kelas Sosial
Kelas-kelas sosial adalah kolektivitas yang menciptakan gaya hidup tertentu, dengan struktur yang ketat dan koheren. Kelas merupakan salah satu indikator untuk membatasi kenyataan sosial yang dimaksudkan oleh pengarang untuk mempengaruhi bentuk, fungsi, makna, dan gaya suatu karya seni. Dikaitkan dengan Struktural Genetik, kelas yang dimaksudkan adalah kelas sosial pengarang karena karya sastra sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan pengarang.
Dalam hubungan inilah, sesuai dengan pandangan Marxis, karya disebut sebagai wakil kelas sebab karya sastra dimanfaatkan untuk menyampaikan aspirasi kelompoknya. Dikaitkan dengan pengarang, latar belakang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu latar belakang karena afiliasi dan karena kelahiran.
4.      Subjek Transindividual
Meskipun istilah transindividual diadopsi oleh Goldmann dari khazanah intelektual Marxis, khususnya Lukacs, Goldmann tidak menggunakan istilah kesadaran kolektif dengan pertimbangan istilah ini seolah-olah menonjolkan pikiran-pikiran kelompok. Sebaliknya, konsep transindividual menurut Goldmann, menampilkan pikiran-pikiran individu tetapi dengan struktur mental kelompok.
Menurut Faruk, subjek transindividual adalah subjek yang mengatasi individu, yang di dalamnya individu hanya merupakan bagian. Subjek transindividual bukanlah kumpulan individu-individu yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan, satu kolektivitas.
Meskipun demikian, subjek transindividual merupakan konsep yang masih kabur. Subjek transindividual itu dapat kelompok kekerabatan, kelompok sekerja, kelompok teritorial, dan sebagainya. Goldmann menspesifikasikannya sebagai kelas sosial dalam pengertian Marxis sebab baginya kelompok itulah yang terbukti dalam sejarah sebagai kelompok yang telah menciptakan suatu pandangan yang lengkap dan menyeluruh mengenai kehidupan dan yang telah mempengaruhi perkembangan sejarah umat manusia. Dalam Struktural Genetik, subjek transindividual merupakan energi untuk membangun pandangan dunia.
5.      Pandangan Dunia
Pandangan dunia memicu subjek untuk mengarang, dan dianggap sebagai salah satu ciri keberhasilan suatu karya. Dalam rangka StrukturaG genetik, pandangan dunia berfungsi untuk menunjukkan kecenderungan kolektivitas tertentu. Melalui kualitas pandangan dunia inilah karya sastra menunjukkan nilai-nilainya, sekaligus memperoleh artinya bagi masyarakat.
Menurut Goldmann pandangan dunia merupakan istilah yang cocok bagi kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota kelompok sosial tertentu dan mempertentangkannya dengan kelompok sosial yang lainnya. Masih menurut Goldmann, pandangan dunia merupakan kesadaran kolektif yang dapat digunakan sebagai hipotesis kerja yang konseptual, suatu model, bagi pemahaman mengenai koherensi struktur teks sastra.
Pandangan dunia ini berkembang sebagai hasil dari situasi sosial dan ekonomi tertentu yang dihadapi oleh subjek kolektif yang memilikinya. Pandangan dunia tidak lahir dengan tiba-tiba, transformasi mentalitas yang lama secara berlahan-lahan dan bertahap diperlukan demi terbangunnya mentalitas yang baru dan teratasinya mentalitas yang lama.
Sapardi Djoko Damono memberikan ciri-ciri Struktural Genetik sebagai suatu metode, yaitu:
1.      Perhatiannya terhadap keutuhan dan totalitas: kaum strukturalis percaya bahwa yang menjadi dasar telaah Struktural Genetik bukanlah bagian-bagian totalitas tetapi jaringan hubungan yang ada antara bagian-bagian itu, yang menyatukannya menjadi totalitas.
2.      Struktural Genetik tidak menelaah struktur pada permukaannya, tetapi struktur yang ada di balik kenyataan. Kaum strukturalis berpandangan bahwa yang terlihat dan terdengar, misalnya, bukanlah struktur yang sebenarnya, tetapi hanya bukti adanya struktur.
3.      Analisis yang dilakukan oleh kaum strukturalis menyangkut struktur yang sinkronis (bukan diakronis). Perhatian kaum strukturalis lebih difokuskan pada hubungan-hubungan yang ada pada suatu saat di suatu waktu, bukan dalam perjalanan waktu. Struktur sinkronis dibentuk oleh jaringan hubungan struktural yang ada.
4.      Struktural Genetik adalah metode pendekatan yang antikausal. Kaum strukturalis dalam analisisnya sama sekali tidak menggunakan sebab-akibat; mereka menggunakan hukum perubahan bentuk.
Karya sastra yang menjadi objek kajian menggunakan teori Struktural Genetik merupakan karya sastra yang memiliki keunggulan tersendiri di mata dunia yang dianggap fenomenal dari para pembacanya dan merupakan karya besar yang disebut Masterpiece. Karya sastra Masterpiece adalah karya sastra yang mampu melintas batas budaya dari aspek sosiologis dan filosofis dimana karya sastra merupakan karya sastra yang agung, karya sastra yang kuat (besar) sebagai syarat karya sastra untuk di teliti menggunakan teori ini. Seperti yang diungkapkan Goldman bahwa karya-karya besar yang biasa disebut karya Masterpiece lebih efektif menggunakan teori Struktural Genetik. Dengan artian bahwa dalam karya Masterpiece banyak mengangkat soal-soal kemanusiaan, sosial, budaya, dan problematik global yaitu secara menyeluruh totalitas mengangkat permasalahan tentang hidup dan lebih umumnya karya mewakili dari sekelompok orang karna bersifat menyuarakan suara sosial sehingga menghasilkan karya sastra yang mempunyai kesatuaan (unity) dan keragaman (complexity) yakni didalamnya terdapat kategori-kategori yang saling bertaliaan satu sama lain yang membentuk Struktural Genetik yakni kateori-kategori tersebut ialah: fakta kemanusiaan, subjek kolektif (trans individual subject), stukturasi, pandangan dunia pemahaman dan penjelasan.
Tahap penelitian dalam mengkaji karya sastra menggunakan teori Struktural Genetik menurut Goldmann ada 3 yaitu:
1.      Tesis merupakan informasi apa yang diperlukan berupa data.
2.      Antitesis merupakan pemberian opini terhadap realitas, anti tesis ini melebur dengan tesis dan memberikan suatu opini pada relitas/sintesis.
3.      Sintesis berupa realitas dan kembali lagi menjadi tesis kembali.
Adapun penerapan teori Struktural Genetik Lucien Goldmann terhadap karya sastra membutuhkan langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Pertama, meneliti struktur-struktur yang ada dalam karya sastra;
2.      Selanjutnya, menarik relevansi atau menghubungkan struktur-struktur tersebut dengan kondisi sosial historis yang benar-benar ada dan terjadi;
3.      Menghubungkan dengan kelompok sosial dan kelas sosial yang mengikat si pengarang;
4.      Terakhir, menghubungkannya dengan pandangan kelas dan dunia kelompok yang bersangkutan.

2.2. Mengkaji Puisi 12 Mei, 1998 karya Taufiq Ismail

12 Mei, 1998
mengenang Elang Mulya, Hery Hertanto,
Hendriawan Lesmana dan Hafidhin Royan
                                                                            
1. Empat syuhada berangkat pada suatu malam, gerimis air mata
2.      tertahan di hari keesokan, telinga kami lekapkan ke tanah kuburan
3.       dan simaklah itu sedu-sedan,
4. Mereka anak muda pengembara tiada sendiri, mengukir reformasi
5.       karena jemu deformasi, dengarkan saban hari  langkah sahabat-
6.       sahabatmu beribu menderu-deru,
7. Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu.
8.          Mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom abad dua puluh satu,
9. Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi kalian tertinggi di
10.           Trisakti bahkan di seluruh negeri, karena kalian berani
11.          mengukir alfabet pertama dari gelombang ini dengan
12.           darah arteri sendiri,
13. Merah Putih yang setengah tiang ini, merunduk di bawah garang
14.           matahari, tak mampu mengibarkan diri karena angin lama
15.           bersembunyi,
16. Tapi peluru logam telah kami patahkan dalam doa bersama, dan
17.          kalian pahlawan bersih dari dendam, karena jalan masih
18.          jauh dan kita perlukan peta dari Tuhan
(Taufiq Ismail)
·         Hakikat Puisi (Batin)
1.      Tema : Duka cita yang mendalam.
2.      Rasa : Kesedihan atas meninggalnya empat mahasiswa Trisakti pada 12 Mei, 1998.
3.      Nada : Penyair menceritakan kegigihan keempat mahasiswa dengan nada sedih dan tersedu.
4.      Tujuan : Mengenang Elang Mulya, Hery Hertanto, Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin Royan yang meninggal dunia dalam Tragedi Trisakti pada 12 Mei, 1998.
·         Metode Puisi (Fisik)
1.      Diksi : Kakofoni (sedih)
2.      Kata Konkret : Denotatif dan konotatif
3.      Imajinasi : Citraan pendengaran dan citraan kesedihan
4.      Gaya Bahasa : Majas personifikasi
5.      Ritma dan Rima : Rima bebas
Dilihat dari keseluruhan puisi, baik hakikat maupun metode puisi, terlihat jelas bahwa tema yang diangkat penyair dalam puisi tersebut ialah duka yang mendalam atas meninggalnya Elang Mulya, Hery Hertanto, Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin Royan, empat mahasiswa atas Tragedi Trisakti pada 12 Mei, 1998. Kartu mahasiswa, tas kuliah, dan Trisaktipada larik 7 dan 10 adalah kata-kata yang dengan jelas menggambarkan latar belakang dari puisi ini.

Tragedi Trisakti pada 12 Mei, 1998 terjadi karena pada saat itu para mahasiswa berdemonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia setelah 32 tahun masa kekuasannya. Aparat keamanan menembakkan peluru ke arah mahasiswa dan menyebabkan beberapa mahasiswa terluka dan empat mahasiswa meninggal dunia.

Taufiq Ismail menunjukkan kesedihan dan simpati yang amat mendalam melalui sajak ini terhadap empat mahasiswa yang tertembak mati dalam kobaran api semangat juang demi mengharap kemerdekaan bagi suatu bangsa sebagai jalan untuk memberikan kemakmuran bagi rakyatnya, karena itulah fungsi dari kemerdekaan. Merdeka dari rasa takut, merdeka dalam berekspresi dan merdeka dalam suatu apapun selama masih tidak keluar dari lingkaran norma-norma yang ada.

Pada saat itu, Taufiq Ismail memang dikenal sebagai salah satu penyair yang aktif menyuarakan isi pikirannya terhadap Pemerintah melalui sajak. Karena, semasa beliau kuliah di FKHP-UI, beliau aktif dalam organisasi-organisasi kampus. Itulah sebabnya beliau tak pernah takut untuk menuangkan kejadian-kejadian historis ke dalam bentuk sajak.

BAB III
Penutup

1.1. Kesimpulan
Teori Struktural Genetik yang dikembangkan oleh Goldmann, seorang Sosiolog Perancis, karena ketidakpuasannya terhadap teori Struktural Murni yang fokus pada unsur intrinsik saja sehingga mengabaikan kesejarahan dalam karya sastra.
Karya sastra yang menjadi objek kajian menggunakan teori Struktural Genetik merupakan karya sastra yang memiliki keunggulan tersendiri di mata dunia yang dianggap fenomenal dari para pembacanya dan merupakan karya besar yang disebut Masterpiece. Dengan artian bahwa dalam karya Masterpiece banyak mengangkat soal-soal kemanusiaan, sosial, budaya, dan problematik global yaitu secara menyeluruh totalitas mengangkat permasalahan tentang hidup dan lebih umumnya karya mewakili dari sekelompok orang karna bersifat menyuarakan suara sosial.
Dapat dilihat dari puisi 12 Mei, 1998 karya Taufiq Ismail yang telah dikaji dalam makalah ini. Karena dalam puisi tersebut terdapat aspek sejarah Indonesia dan Taufiq Ismail sebagai penyair, sangat apik dalam menggambarkan kejadian pada masa itu ke dalam puisinya.
1.2. Saran
Menurut saya, teori Struktural Genetik masih harus diperbaiki atau dikembangkan karena ada beberapa teori yang kurang relevan. Namun, walau bagaimanapun teori ini sangat memudahkan kita untuk dapat memahami sejarah melalui karya sastra. Sayangnya, pengkajian sebuah karya sastra dengan teori ini hanya dapat dilakukan dengan karya Masterpiece atau karya besar, sehingga teori ini tidak dapat mencakup semua karya sastra. Memang, tidak ada teori yang dapat mencakup keseluruhan karya sastra. Pasti ada batas-batas tertentu sesuai dengan ketentuan teori tersebut.
                                         Daftar Pustaka

Ismail, Taufiq. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia. 1998. Jakarta: Yayasan Indonesia.
Teeuw, A. Sastra dan Ilmu Sastra. 2013. Jakarta: Pustaka Jaya.
Wellek, Rene dan Austin Warren. Teori Kesusastraan.1989. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

1 komentar:

  1. Casinos Near Me - MapyRO
    This map is a 당진 출장샵 list of casinos near me in the 이천 출장안마 United States. Find addresses, read reviews and get 상주 출장마사지 directions. Find the best casinos near you and stay 성남 출장샵 informed 광주 출장샵

    BalasHapus