ANALISIS
PUISI ’12 MEI, 1998’ KARYA TAUFIQ ISMAIL
(STRUKTURAL
GENETIK)
Zahra
Salsabila
2125140269
1 SI 1
Mata Kuliah:
KajianPuisi
Dosen Pengampu: Dra. Sri
Suhita
Program Studi Sastra
Indonesia
Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri
Jakarta
2015
BAB
I
Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang
Berdasarkan
pengertiannya, puisi merupakan karya sastra yang dapat dikaji dari berbagai
sisinya, baik dari strukturnya ataupun unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi
merupakan sruktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana
kepuitisan. Dapat pula dikaji jenis-jenis atau ragamnya dan kesejahteraan puisi
itu sendiri melihat bahwa sepaanjang sejarah dari waktu ke waktu selalu ada
perubahan dan perkembangan. Hal ini mengingat hakikatnya sebagai karya seni
yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan pembaharuan (inovasi)
(Teeuw, 1980).
Menurut
Abrams, cara mengkaji karya sastra, termasuk puisi, dapat dilakukan dengan
empat pendekatan, yaitu Pendekatan Ekspresif, Pendekatan Mimetik, Pendekatan
Objektif, dan Pendekatan Pragmatik. Namun, seiring berjalannya waktu, maka
keempat pendekatan itu semakin berkembang dan muncul lah beberapa pendekatan
baru, salah satunya adalah Struktural Genetik.
Dalam
makalah ini, penulis akan menyajikan pengertian dan beberapa konsep yang
mendukung teori Struktural Genetik, serta cara mengkaji puisi 12 Mei, 1998
karya Taufiq Ismail dengan Struktural Genetik.
1.2.
Rumusan Masalah
a. Apa
itu Struktural Genetik?
b. Apa
saja konsep yang mendukung teori Struktural Genetik?
c. Bagaimana
cara mengkaji puisi 12 Mei, 1998 karya Taufiq Ismail dengan Struktural Genetik?
1.3.
Tujuan dan Manfaat
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh
dari penulisan makalah ini yaitu:
a. Bagi
penulis, makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang teori Struktural
Genetik lebih dalam.
b. Bagi
pembaca, makalah ini dapat menambah khasanah pengetahuan tentang teori
Struktural Genetik serta dapat dijadikan sebagai bahan diskusi sekaligus
penunjang pada mata kuliah yang bersangkutan.
BAB
II
Pembahasan
2.1.
Landasan Teori
Struktural
Genetik beranggapan bahwa teks sastra dapat dianalisis dari struktur internal
maupun struktur eksternalnya seperti lingkungan sosial, ekonomi, politik yang
telah menghasilkannya. Teori ini muncul sebagai karena ketidakpuasan terhadap
teori Struktural yang mengabaikan unsur kesejarahan teks sastra sehingga
menjadi teori yang ahistoris. Teori yang dikembangkan oleh seorang Sosiolog
Perancis, Lucien Goldman, ini mengukuhkan adanya hubungan antara struktur
sastra dan struktur masyarakat melalui pandangan dunia atau ideologi yang
diekspresikannya. Goldmann bermaksud menjembatani jurang pemisah antara
Pendekatan Struktural (intrinsik) dan Pendekatan Sosiologi (ekstrinsik).
Struktural Genetik mencoba untuk memperbaiki kelemahan Pendekatan Struktural,
yaitu dengan memasukkan faktor genetik di dalam memahami karya sastra.
Struktural
Genetik secara garis besar memperhatikan asal usul teks sastra yang ditopang
dengan teori Sosiologi Sastra dengan mengaitkan teks sastra, penulis, pembaca,
dan struktur sosial. Genetik berasal dari kata ‘gen’ yang berarti sifat turunan
dari orang tua. Dalam karya sastra gen merupakan pengaruh latar belakang
pengarang dalam menciptakan karya sastra. Pengarang dalam Struktural Genetik
dianggap menciptakan semesta dalam karya sastranya berdasarkan ekspresi
pandangannya terhadap dunia sehingga makna tidak hanya muncul secara intrinsik
dalam teks sastra, tetapi juga dipengaruhi latar belakang sosial pengarangnya.
Beberapa
konsep yang mendukung teori Struktural Genetik, yakni:
1. Fakta
Kemanusiaan
Fakta
kemanusiaan merupakan hasil aktivitas atau perilaku manusia baik yang verbal
maupun yang fisik, yang berusaha dipahami ilmu pengetahuan. Fakta kemanusiaan
dalam Strukturalisme genetik dibagi kedalam dua bagian yaitu, fakta individual
dan fakta sosial. Goldmann menganggap bahwa semua fakta kemanusiaan mempunyai
struktur tertentu dan arti tertentu. Fakta-fakta manusia ini memiliki arti
karena bersentuhan dnegan subjek kolektif ataui individual. Dengan kata lain,
fakta-fakta kemanusiaan ini merupakan hasil usaha manusia untuk mencapai
keseimbangan yang lebih baik dalam hubungannya dengan dunia sekitar.
Dalam
proses strukturasi dan akomodasi yang terus menerus suatu karya sastra sebagai
fakta kemanusiaan, sebagai hasil aktivitas kultural manusia. Proses tersebut
sekaligus merupakan genetik dari struktur karya sastra.
2. Homologi
Homologi
diturunkan melalui organisme primitif yang sama dan disamakan dengan
korespondensi, kualitas hubungan yang bersifat struktural. Homologi memiliki
implikasi dengan hubungan bermakna antara struktur literer dengan struktur
sosial. Nilai-nilai yang otentik yang terdapat pada Struktural Genetik
menganggap bahwa karya sastra sebagai homologi antara struktur karya sastra
dengan struktur lain yang berkaitan dengan sikap suatu kelas tertentu atau
struktur mental dan pandangan dunia yang dimiliki oleh pengarang dan penyesuaiannya
dengan struktur sosialnya.
3. Kelas-Kelas
Sosial
Kelas-kelas
sosial adalah kolektivitas yang menciptakan gaya hidup tertentu, dengan struktur
yang ketat dan koheren. Kelas merupakan salah satu indikator untuk membatasi
kenyataan sosial yang dimaksudkan oleh pengarang untuk mempengaruhi bentuk,
fungsi, makna, dan gaya suatu karya seni. Dikaitkan dengan Struktural Genetik,
kelas yang dimaksudkan adalah kelas sosial pengarang karena karya sastra
sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan pengarang.
Dalam
hubungan inilah, sesuai dengan pandangan Marxis, karya disebut sebagai wakil
kelas sebab karya sastra dimanfaatkan untuk menyampaikan aspirasi kelompoknya.
Dikaitkan dengan pengarang, latar belakang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
latar belakang karena afiliasi dan karena kelahiran.
4. Subjek
Transindividual
Meskipun
istilah transindividual diadopsi oleh Goldmann dari khazanah intelektual
Marxis, khususnya Lukacs, Goldmann tidak menggunakan istilah kesadaran kolektif
dengan pertimbangan istilah ini seolah-olah menonjolkan pikiran-pikiran
kelompok. Sebaliknya, konsep transindividual menurut Goldmann, menampilkan
pikiran-pikiran individu tetapi dengan struktur mental kelompok.
Menurut
Faruk, subjek transindividual adalah subjek yang mengatasi individu, yang di
dalamnya individu hanya merupakan bagian. Subjek transindividual bukanlah
kumpulan individu-individu yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu
kesatuan, satu kolektivitas.
Meskipun
demikian, subjek transindividual merupakan konsep yang masih kabur. Subjek
transindividual itu dapat kelompok kekerabatan, kelompok sekerja, kelompok
teritorial, dan sebagainya. Goldmann menspesifikasikannya sebagai kelas sosial
dalam pengertian Marxis sebab baginya kelompok itulah yang terbukti dalam
sejarah sebagai kelompok yang telah menciptakan suatu pandangan yang lengkap
dan menyeluruh mengenai kehidupan dan yang telah mempengaruhi perkembangan
sejarah umat manusia. Dalam Struktural Genetik, subjek transindividual
merupakan energi untuk membangun pandangan dunia.
5. Pandangan
Dunia
Pandangan
dunia memicu subjek untuk mengarang, dan dianggap sebagai salah satu ciri
keberhasilan suatu karya. Dalam rangka StrukturaG genetik, pandangan dunia
berfungsi untuk menunjukkan kecenderungan kolektivitas tertentu. Melalui
kualitas pandangan dunia inilah karya sastra menunjukkan nilai-nilainya,
sekaligus memperoleh artinya bagi masyarakat.
Menurut
Goldmann pandangan dunia merupakan istilah yang cocok bagi kompleks menyeluruh
dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan yang
menghubungkan secara bersama-sama anggota kelompok sosial tertentu dan
mempertentangkannya dengan kelompok sosial yang lainnya. Masih menurut
Goldmann, pandangan dunia merupakan kesadaran kolektif yang dapat digunakan
sebagai hipotesis kerja yang konseptual, suatu model, bagi pemahaman mengenai
koherensi struktur teks sastra.
Pandangan
dunia ini berkembang sebagai hasil dari situasi sosial dan ekonomi tertentu
yang dihadapi oleh subjek kolektif yang memilikinya. Pandangan dunia tidak
lahir dengan tiba-tiba, transformasi mentalitas yang lama secara berlahan-lahan
dan bertahap diperlukan demi terbangunnya mentalitas yang baru dan teratasinya
mentalitas yang lama.
Sapardi
Djoko Damono memberikan ciri-ciri Struktural Genetik sebagai suatu metode,
yaitu:
1. Perhatiannya
terhadap keutuhan dan totalitas: kaum strukturalis percaya bahwa yang menjadi
dasar telaah Struktural Genetik bukanlah bagian-bagian totalitas tetapi
jaringan hubungan yang ada antara bagian-bagian itu, yang menyatukannya menjadi
totalitas.
2. Struktural
Genetik tidak menelaah struktur pada permukaannya, tetapi struktur yang ada di
balik kenyataan. Kaum strukturalis berpandangan bahwa yang terlihat dan
terdengar, misalnya, bukanlah struktur yang sebenarnya, tetapi hanya bukti
adanya struktur.
3. Analisis
yang dilakukan oleh kaum strukturalis menyangkut struktur yang sinkronis (bukan
diakronis). Perhatian kaum strukturalis lebih difokuskan pada hubungan-hubungan
yang ada pada suatu saat di suatu waktu, bukan dalam perjalanan waktu. Struktur
sinkronis dibentuk oleh jaringan hubungan struktural yang ada.
4. Struktural
Genetik adalah metode pendekatan yang antikausal. Kaum strukturalis dalam
analisisnya sama sekali tidak menggunakan sebab-akibat; mereka menggunakan
hukum perubahan bentuk.
Karya
sastra yang menjadi objek kajian menggunakan teori Struktural Genetik merupakan
karya sastra yang memiliki keunggulan tersendiri di mata dunia yang dianggap
fenomenal dari para pembacanya dan merupakan karya besar yang disebut
Masterpiece. Karya sastra Masterpiece adalah karya sastra yang mampu melintas
batas budaya dari aspek sosiologis dan filosofis dimana karya sastra merupakan
karya sastra yang agung, karya sastra yang kuat (besar) sebagai syarat karya
sastra untuk di teliti menggunakan teori ini. Seperti yang diungkapkan Goldman
bahwa karya-karya besar yang biasa disebut karya Masterpiece lebih efektif
menggunakan teori Struktural Genetik. Dengan artian bahwa dalam karya
Masterpiece banyak mengangkat soal-soal kemanusiaan, sosial, budaya, dan
problematik global yaitu secara menyeluruh totalitas mengangkat permasalahan
tentang hidup dan lebih umumnya karya mewakili dari sekelompok orang karna
bersifat menyuarakan suara sosial sehingga menghasilkan karya sastra yang
mempunyai kesatuaan (unity) dan keragaman (complexity) yakni didalamnya
terdapat kategori-kategori yang saling bertaliaan satu sama lain yang membentuk
Struktural Genetik yakni kateori-kategori tersebut ialah: fakta kemanusiaan,
subjek kolektif (trans individual subject), stukturasi, pandangan dunia
pemahaman dan penjelasan.
Tahap
penelitian dalam mengkaji karya sastra menggunakan teori Struktural Genetik
menurut Goldmann ada 3 yaitu:
1. Tesis
merupakan informasi apa yang diperlukan berupa data.
2. Antitesis
merupakan pemberian opini terhadap realitas, anti tesis ini melebur dengan
tesis dan memberikan suatu opini pada relitas/sintesis.
3. Sintesis
berupa realitas dan kembali lagi menjadi tesis kembali.
Adapun
penerapan teori Struktural Genetik Lucien Goldmann terhadap karya sastra
membutuhkan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pertama,
meneliti struktur-struktur yang ada dalam karya sastra;
2. Selanjutnya,
menarik relevansi atau menghubungkan struktur-struktur tersebut dengan kondisi
sosial historis yang benar-benar ada dan terjadi;
3. Menghubungkan
dengan kelompok sosial dan kelas sosial yang mengikat si pengarang;
4. Terakhir,
menghubungkannya dengan pandangan kelas dan dunia kelompok yang bersangkutan.
2.2.
Mengkaji Puisi 12 Mei, 1998 karya Taufiq Ismail
12
Mei, 1998
mengenang Elang Mulya, Hery
Hertanto,
Hendriawan
Lesmana dan Hafidhin Royan
1.
Empat syuhada berangkat pada suatu malam, gerimis air mata
2. tertahan
di hari keesokan, telinga kami lekapkan ke tanah kuburan
3. dan
simaklah itu sedu-sedan,
4.
Mereka anak muda pengembara tiada sendiri, mengukir reformasi
5. karena
jemu deformasi, dengarkan saban hari langkah sahabat-
6. sahabatmu
beribu menderu-deru,
7.
Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu.
8. Mestinya
kalian jadi insinyur dan ekonom abad dua puluh satu,
9.
Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi kalian tertinggi di
10. Trisakti
bahkan di seluruh negeri, karena kalian berani
11. mengukir
alfabet pertama dari gelombang ini dengan
12. darah
arteri sendiri,
13.
Merah Putih yang setengah tiang ini, merunduk di bawah garang
14. matahari,
tak mampu mengibarkan diri karena angin lama
15. bersembunyi,
16.
Tapi peluru logam telah kami patahkan dalam doa bersama, dan
17. kalian
pahlawan bersih dari dendam, karena jalan masih
18. jauh
dan kita perlukan peta dari Tuhan
(Taufiq
Ismail)
·
Hakikat Puisi (Batin)
1. Tema
: Duka cita yang mendalam.
2. Rasa
: Kesedihan atas meninggalnya empat mahasiswa Trisakti pada 12 Mei, 1998.
3. Nada
: Penyair menceritakan kegigihan keempat mahasiswa dengan nada sedih dan
tersedu.
4. Tujuan
: Mengenang Elang Mulya, Hery Hertanto, Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin Royan
yang meninggal dunia dalam Tragedi Trisakti pada 12 Mei, 1998.
·
Metode Puisi (Fisik)
1. Diksi
: Kakofoni (sedih)
2. Kata
Konkret : Denotatif dan konotatif
3. Imajinasi
: Citraan pendengaran dan citraan kesedihan
4. Gaya
Bahasa : Majas personifikasi
5. Ritma
dan Rima : Rima bebas
Dilihat
dari keseluruhan puisi, baik hakikat maupun metode puisi, terlihat jelas bahwa
tema yang diangkat penyair dalam puisi tersebut ialah duka yang mendalam atas
meninggalnya Elang Mulya, Hery Hertanto, Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin Royan,
empat mahasiswa atas Tragedi Trisakti pada 12 Mei, 1998. Kartu mahasiswa, tas kuliah,
dan Trisaktipada larik 7 dan 10 adalah
kata-kata yang dengan jelas menggambarkan latar belakang dari puisi ini.
Tragedi
Trisakti pada 12 Mei, 1998 terjadi karena pada saat itu para mahasiswa
berdemonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya sebagai Presiden
Republik Indonesia setelah 32 tahun masa kekuasannya. Aparat keamanan
menembakkan peluru ke arah mahasiswa dan menyebabkan beberapa mahasiswa terluka
dan empat mahasiswa meninggal dunia.
Taufiq
Ismail menunjukkan kesedihan dan simpati yang amat mendalam melalui sajak ini terhadap
empat mahasiswa yang tertembak mati dalam kobaran api semangat juang demi
mengharap kemerdekaan bagi suatu bangsa sebagai jalan untuk memberikan
kemakmuran bagi rakyatnya, karena itulah fungsi dari kemerdekaan. Merdeka dari
rasa takut, merdeka dalam berekspresi dan merdeka dalam suatu apapun selama
masih tidak keluar dari lingkaran norma-norma yang ada.
Pada
saat itu, Taufiq Ismail memang dikenal sebagai salah satu penyair yang aktif
menyuarakan isi pikirannya terhadap Pemerintah melalui sajak. Karena, semasa
beliau kuliah di FKHP-UI, beliau aktif dalam organisasi-organisasi kampus.
Itulah sebabnya beliau tak pernah takut untuk menuangkan kejadian-kejadian
historis ke dalam bentuk sajak.
BAB
III
Penutup
1.1.
Kesimpulan
Teori
Struktural Genetik yang dikembangkan oleh Goldmann, seorang Sosiolog Perancis,
karena ketidakpuasannya terhadap teori Struktural Murni yang fokus pada unsur
intrinsik saja sehingga mengabaikan kesejarahan dalam karya sastra.
Karya
sastra yang menjadi objek kajian menggunakan teori Struktural Genetik merupakan
karya sastra yang memiliki keunggulan tersendiri di mata dunia yang dianggap
fenomenal dari para pembacanya dan merupakan karya besar yang disebut
Masterpiece. Dengan artian bahwa dalam karya Masterpiece banyak mengangkat
soal-soal kemanusiaan, sosial, budaya, dan problematik global yaitu secara
menyeluruh totalitas mengangkat permasalahan tentang hidup dan lebih umumnya
karya mewakili dari sekelompok orang karna bersifat menyuarakan suara sosial.
Dapat
dilihat dari puisi 12 Mei, 1998 karya Taufiq Ismail yang telah dikaji dalam
makalah ini. Karena dalam puisi tersebut terdapat aspek sejarah Indonesia dan
Taufiq Ismail sebagai penyair, sangat apik dalam menggambarkan kejadian pada
masa itu ke dalam puisinya.
1.2.
Saran
Menurut
saya, teori Struktural Genetik masih harus diperbaiki atau dikembangkan karena
ada beberapa teori yang kurang relevan. Namun, walau bagaimanapun teori ini
sangat memudahkan kita untuk dapat memahami sejarah melalui karya sastra.
Sayangnya, pengkajian sebuah karya sastra dengan teori ini hanya dapat
dilakukan dengan karya Masterpiece atau karya besar, sehingga teori ini tidak
dapat mencakup semua karya sastra. Memang, tidak ada teori yang dapat mencakup
keseluruhan karya sastra. Pasti ada batas-batas tertentu sesuai dengan
ketentuan teori tersebut.
Daftar
Pustaka
Ismail, Taufiq. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia. 1998. Jakarta: Yayasan Indonesia.
Teeuw,
A. Sastra dan Ilmu Sastra. 2013.
Jakarta: Pustaka Jaya.
Wellek, Rene dan Austin Warren. Teori Kesusastraan.1989. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Casinos Near Me - MapyRO
BalasHapusThis map is a 당진 출장샵 list of casinos near me in the 이천 출장안마 United States. Find addresses, read reviews and get 상주 출장마사지 directions. Find the best casinos near you and stay 성남 출장샵 informed 광주 출장샵